cari artikel disini

August 09, 2011

Masalah Porstitusi dan HIV/AIDS!

Masalah porstitusi sudah ada sejak zaman mulai manusia ada di dunia ini. Mungkin porstitusi dapat dikatakan salah satu jenis atau type pekerjaan yang paling kuno. Pekerjaan yang singkat, menyenangkan, serta memiliki penghasilan yang lumayan besar adalah beberapa alasan singkat mengapa gairah bisnis ini tetap laku sampai sekarang Selain itu, keberadaan praktek porstitusi tetap ada sampai sekarang dan sangat susah sekali untuk dimusnahkan secara total.
Mungkin langkah antisipasi yang paling positif yang dapat dilakukan adalah dengan cara meminimalisirnya. Seperti prinsip ekonomi yang secara umum mutlak diketahui dalam perdagangan,
dimana ada pembeli atau konsumen maka disitu ada penjual yang melakukan transaksi untuk terjualnya suatu produk. Produk disini dapat diartikan sebagai praktek menjajakan dan menjual diri atau yang lebih familiar disebut PSK (Pekerja Seks Komersial).
Jenis pekerjaan ini tentu sangat mengkhawatirkan bagi semua elemen masyarakat. Faktor utama dalam mendorong tetap eksisnya praktek porstitusi selain didorong memiliki konsumen yang tidak ada habisnya, juga didorong tingkat kesejahteraan dalam lingkungan itu sendiri. Penyediaan lowongan kerja yang sangat terbatas dan hanya dinikmati oleh kalangan-kalangan tertantu, membuat praktek porstitusi merajarela bagaiakan semerbaknya bunga sakura ketika musim semi.
Permasalahan ini sangat susah untuk diambil solusinya, selama tingkat kesejahteraan masih rendah. Porstitusi sendiri di Indonesia bisa dibilang samar-samar atau tidak jelas jika ditinjau dari segi formalnya. Namun dalam prakteknya, tidak kalah dengan negara-negara yang telah melegalkan praktek porstitusi.seperti Amerika Serikat, Jepang, Thailand dll. Walaupun sistemnya masih kurang ter-organisir secara baik jika dibandingkan dengan citra porstitusi negara-negara tersebut!
Sebagaimana kita ketahui bersama, porstitusi merupakan salah satu jenis pekerjaan yang memiliki hazard atau resiko yang sangat tinggi, terutama dalam peranannya dalam penyebaran penyakit kelamin yang mematikan seperti HIV/AIDS. HIV/AIDS adalah tergolong penyakit kelamin yang sangat mematikan, dimana hingga kini secara medis belum dapat ditemukan obat untuk menanggulanginya. Kemudian perdebatan mengenai sebaiknya dilegalkan atau tidak bisnis ini, sampai sekarang masih menemui jalan buntu. Banyak kalangan berpendapat porstitusi dan HIV/AIDS adalah sangat erat hubungannya. Disatu sisi lokalisasi membantu untuk mengontrol perkembangan virus HIV/AIDS namun disatu sisi porstitusi tidak dibenarkan dalam agama! Adapun faktor pendukung lain yang mungkin dapat membuat dilegalkan bisnis ini adalah demi keamanan kesehatan lingkungan, keuntungan dalam mengisi pundit-pundi rupiah dan sebagainya.
Penyebaran virus ini sampai saat ini, sangat susah sekali untuk dideteksi secara dini. Seseorang atau PSK yang terjangkit virus HIV sangat susah dideteksi secara dini, terutama dari segi gejala-gejala fisik yang tampak. Jika tidak diperiksakan secara lebih mendalam, maka virus ini akan sangat susah untuk dideteksi dari kacamata orang awam. Virus HIV akan bermutasi menjadi penyakit yang amat mematikan atau yang disebut AIDS dalam jangka waktu yang sangat lama sekali, yaitu sekitar 5 s.d 10 tahun setelah korban terjangkit virus HIV.
Oleh karena itu, setelah seseorang terjangkit AIDS, baru akan kelihatan dengan jelas secara fisik bahwa orang tersebut terkena virus dan penyakit yang mematikan HIV/AIDS. Kemudian para PSK sangat rentan dalam terjangkit penyakit ini, oleh karena itu solusi terbaik adalah dengan melegalkan daerah lokalisasi agar penyebaran penyakit ini dapat dikontrol dan dimonitoring dengan baik kedepannya. Kemudian faktor penghambat dalam melegalkan praktek porstitusi adalah dikarenakan dari segi moral, etika dan agama yang selama ini dipegang teguh oleh sebagian masyarakat Indonesia.
Salah satu berita positif yang berhasil dihimpun oleh Kompas adalah dengan adanya berita mengenai penurunan jumlah pekerja PSK di lokalisasi Suko, Malang, Jawa Timur. Berita ini merupakan prestasi bagi seluruh jajaran terkait. Penurunan jumlah pekerja PSK tersebut lebih didorong dengan adanya pelatihan dan ketrampilan yang dibina oleh pihak terkait. Hal ini membuat beberapa pekerja PSK mempunyai pilihan hidup untuk menekuni pekerjaan lain selain menjajakan diri. Semoga prestasi ini tetap terus dijaga serta diikuti oleh daerah-daerah lain diseluruh Nusantara.
Sumber: Kompas

No comments:

Post a Comment